Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf yang disebabkan oleh aktivitas listrik yang tidak normal pada otak.
Kondisi tersebut menyebabkan penderita epilepsi mengalami kejang yang terjadi secara berulang.
Sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang salah paham terhadap epilepsi sehingga muncul berbagai stereotip liar mengenai penyakit ini.
Padahal, epilepsi merupakan kondisi yang dapat dialami oleh setiap orang dan biasanya berkaitan dengan beberapa faktor risiko pengiringnya.
Beberapa faktor risiko tersebut diantaranya cedera kepala, infeksi otak, kelainan bawaan, stroke, serta tumor otak.
Agar kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini semakin meningkat, berikut adalah mitos yang salah seputar epilepsi:
1. Tak dapat diobati
Banyak masyarakat yang masih salah paham bahwa epilepsi adalah penyakit yang disebabkan oleh hal mistis.
Hal tersebut menyebabkan banyak penderita epilepsi lebih memilih berobat ke pengobatan alternatif non-medis seperti dukun atau cenayang.
Padahal, epilepsi bisa terkontrol jika penderita rutin mengkonsumsi obat anti-epilepsi untuk mencegah kambuhnya gejala epilepsi.
Selain itu, menjalani pola hidup sehat juga menjadi salah cara untuk mencegah munculnya gejala epilepsi.
2. Jenis penyakit langka
Epilepsi selama ini sering dikaitkan oleh banyak masyarakat sebagai penyakit langka, namun hal tersebut tidaklah benar.
Faktanya, epilepsi merupakan salah satu gangguan saraf paling umum yang diderita masyarakat di seluruh dunia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, ada sekitar 50 juta orang di seluruh dunia yang mengidap epilepsi.
Penderita epilepsi biasanya mengidap gangguan yang berkaitan dengan saraf lainnya seperti autisme, cerebral palsy, Alzheimer, dan cedera otak traumatik.
3. Dapat menular
Masyarakat mengira bahwa epilepsi merupakan salah satu jenis penyakit yang dapat menular.
Pasalnya, penderita epilepsi sering mengeluarkan busa lewat mulutnya saat sedang mengalami gejala kejang sehingga masyarakat takut menolongnya.
Padahal busa tersebut sebenarnya hanya air liur biasa seperti pada umumnya, namun dikarenakan kejang menyebabkan terdorong keluar mulut dalam jumlah banyak.
Epilepsi bukanlah penyakit menular karena tidak disebabkan oleh penyebaran virus maupun bakteri.
4. Dapat disembuhkan dengan kopi
Kopi selama ini disebut-sebut dapat mengobati penderita epilepsi saat mengalami gejala kejang.
Namun, informasi ini tidak benar sama sekali dan malah menyebabkan penderita menjadi sesak napas.
Ketika sedang mengalami kejang, penderita epilepsi sebaiknya posisikan tubuhnya dalam posisi miring.
Jangan pernah memasukan apapun ke dalam mulut penderita epilepsi saat mengalami kejang.
5. Tak dapat bekerja, menikah, dan hamil
Stigma yang melekat di masyarakat mengatakan penderita epilepsi tidak dapat bekerja karena kecerdasan dan intelegensinya terganggu.
Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena penderita epilepsi tetap bisa bekerja tapi akan mengalami beberapa kesulitan karena kondisi tersebut.
Penderita epilepsi juga masih dapat menikah dan khusus perempuan masih tetap bisa hamil.
Tapi bagi penderita epilepsi alangkah baiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menjalankan program kehamilan.
Jika Anda memiliki gejala epilepsi, segera melakukan pemeriksaan ke Dokter Spesialis Neurologi (Saraf).
Nantinya, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan MRI (Magnetic Resonance Imaging), tes darah, serta pemeriksaan neurologis.
Berikut jadwal praktek Dokter Spesialis Neurologi di RS Jantung dan Pembuluh Darah Paramarta, Bandung untuk periode Februari 2025:
dr. Annisa Tri Kusuma, Sp.N
Selasa, Kamis: 13:30 - 15:30 WIB
Sabtu: 07:00 - 08:30 WIB
dr. Iin Pusparini, Sp.N
Sabtu: 10:00 - 12:00 WIB
Sumber foto: Freepik
Artikel ini telah ditinjau oleh
dr. Glen Glady Prakasa
dr. Umum RS Jantung dan Pembuluh Darah PARAMARTA
Kunjungi RS Jantung dan Pembuluh Darah PARAMARTA
Jl. Soekarno Hatta No. 581 Bandung 40275 Indonesia
KAMI MELAYANI PEMERIKSAAN DETEKSI DINI PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Akses https://rsjpparamarta.com/layanan-medical-check-up.html untuk mendapatkan informasi paket pemeriksaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan Anda.
Atau download aplikasi MyParamarta di Google Store untuk berkonsultasi dengan Dokter